Demi waktu. Umurku 20 tahun dan hampir 21 tahun. Ayahku? Hari
ini beliau berulang tahun yang ke-67 tahun, seumur dengan NKRI. Eheh, Selamat
Ulang Tahun Ayah. Semoga pertambahan umurmu membawa barokah dan semoga diberi panjang
umur selalu! Aamiin =)
Beliau sosok sederhana, guru kesederhanaan dalam hidupku. J Beliau mengajarkan
tentang kejujuran, dan terutama keikhlasan. Sosoknyalah yang menjadi tumpuan. Selalu. Meski
kini usianya tak lagi bisa dibilang muda. Meski kini ia tak lagi bekerja dan
hanya seorang purnawirawan pegawai negeri sipil. Jika dibanding dengan Ayah
dari teman-teman lain yang masih muda, mungkin gaji beliau tak seberapa. Tapi
dia segalanya. Pelajaran dan kebermaknaan tidak hanya harus diukur dari sebatas
gaji dan harta.
Dua hari yang lalu aku pulang ke ‘rumah’. Mendapat wejangan
dari beliau, seperti biasa. Mulai dari duniawi hingga urusan dengan-Nya. Serta
tersebut pula harapan beliau akan aku. Akan keinginannya untuk membiayaiku
hingga S2, bahkan lebih jika perlu. Dengan ucapan yang sederhana pula. “ Semoga
saja Bapak dapat rejeki, dan bisa nyekolahin kamu hingga S2”. Lalu beliau
tersenyum.
Deg! Allah... Jantungku seakan melonjak. Rasa bersalah
menjalar.
Ayah....
hari ini aku ingin membuat pengakuan. Mungkin secara sederhana pula, sedangkal
pola pikir yang aku mampu. Ayah... ma’af. Dua tahunku di sini berjalan tanpa
terasa ada yang istimewa. Sungguh, aku tidak ingin mengatakannya tapi ini benar
adanya. Aku bosan, dan ingin mencari sesuatu yang baru. Aku merasa lelah dan
terkadang mencuri waktu untuk kesenanganku. Imanku yang tipis bahkan hampir
terkuras habis. Ayah... aku malu jika harus berhadapan denganmu. Dan Ayah...
sekali lagi ma’afkan anakmu...
Demi waktu. Aku tidak tahu kapan sisa waktuku dan sisa
waktumu. Aku takut tidak memiliki cukup waktu untuk mewujudkan keinginanmu. Aku
malu, ketika harus mengakui bahwa aku melakukan semua ini dengan penuh
kesadaran. Dan aku malu, harus mengecewakan engkau dari belakang.
Untuk itu Ayah, dihari ulang tahunmu yang ke-67 aku tidak
hanya ingin sekedar berjanji. Janji mudah terucap, tapi bukan berarti tidak
mudah untuk diingkari. Aku Ayah, putrimu, mungkin akan lama bertransformasi
menjadi seperti apa yang engkau inginkan. Namun Ayah, beri aku kesempatan.
Sekali lagi... Meski aku tahu, akan selalu ada beribu-ribu kesempatan yang
engkau berikan tanpa aku minta.
Ayah, aku tuliskan keinginanmu dalam peta besar project langkah
hidupku. Akan aku hapus kebosananku dan mengubahnya menjadi sebuah kesenangan.
Aku tidak tahu sesanggup apa aku. Yang aku tahu, akan selalu ada jalan bagiku
untuk mampu memenuhi keinginanmu. Aku coba Ayah. Engkau tahu? Senyummu dan Ibu
lah yang membuatku mampu bertahan tegar. Di sini, tak kan kusia-siakan
pengorbananmu serta akan aku ukir keinginanmu, jauh ke dalam. Di sini *Tunjuk
ke arah jantung*
Terimakasih Ayah, atas segalanya. Atas pengorbanan,
keinginan, harapan, kesempatan dan keinginanmu. Sekali lagi, Happy Birthday
Ayah, Fanani, BcHk. Semoga Allah selalu menjaga kesehatanmu dan Ibu. Barakallah.
Aamiin. J
-With Love, your younger daughter-