"Ren, elu kenapa nggak move on aja sih? Betah aja gitu
masih nunggu yang nggak pasti ke depannya bakalan gimana", celoteh Nada
tiba-tiba.
"Eh, apa? Soal Nugi lagi?
Yaudahlah ya, gue yang ngejalanin, kenapa elu yang rempong sih? Hahaha",
aku menguraikan tawa mendengar celoteh gadis seumuranku itu, Nada Anastasya.
Sahabat karibku sejak dua tahun yang lalu.
"Ya masalahnya elu udah kayak
zombie aja deh, mati segan, hidup kayak mati".
"Ih, enak aja... hidup kok
gue, hidup. Elu tenang aja Nad. Ada saatnya gue bakalan menghentikan semua
proses yang elu anggap gila ini," jawabku. Lalu Nada terdiam, kepalanya
menggeleng berulang-ulang.
"Sedeng lu ya!"
Aku hanya tersenyum, berlalu
meninggalkannya di belakangku.
Kenapa
pula tiba-tiba Nada mengingatkanku pada Nugi Firmansyah, laki-laki yang dulu
sempat datang dalam hidupku lalu pergi entah kemana semenjak lulus dari SMA. Hanya
sekejap, namun sungguh, bagiku, hingga kini dia masih mengisi sebagian ruang
dalam hidupku. Beberapa bulan yang lalu aku menemukannya kembali dalam akun
jejaring sosial. Namun aku enggan menyapanya dalam bentuk apapun. Ah, biar saja
dia melakukan apapun semaunya. Datang dalam hidupku mungkin memang bukan
pilihannya, untuk pergi, bisa jadi itu menjadi keinginannya. Tak apa, bagiku
kehadirannya dulu sungguh bermakna, biar saja ia tidak menyadari. Melalui akun
itu aku terus memantaunya. Aku mencoba melihat dengan siapa ia saat ini mulai
membangun kisah baru setelah pergi dariku. Dan aku menemukan gadis itu.
Sekali-lagi tak apa.
Namanya
Ferita Iskandar. Teman sekampusnya. Cantik dan hangat. Setidaknya itulah yang
aku tangkap dari isi percakapan mereka dalam akun jejaring sosialnya.
Sepertinya mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, bisa jadi setelah putus
dariku. Aku tersenyum. Ah, aku teringat pada janjiku padanya. Ada perbedaan
besar diantara kami yang mungkin tak bisa membuat kami bersatu. Ini ujian, dia
memutuskan pergi dariku untuk sementara di kala itu. Dan katanya, aku harus melupakannya.
Baiklah, mungkin saat ini aku harus memenuhi janjiku. Janji untuk melepaskannya
jika dia sudah bersama dengan yang lain. Aku mengarahkan kursor pada kolom yang
menunjukkan identitasnya, melihat nomor handphone-nya
lalu mengirim short message untuknya:
“Selamat
Nugi, semoga bahagia dengan yang baru. Saatnya bagiku untuk menepati janji. You do, me too.”
Ya, semenjak hari itu aku melepaskannya,
mengikhlaskannya, sebab aku mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar