Kali
ini mau nyeritain satu kisah klasik saya nih. Trip saya bareng empat orang
teman yang wonder womennya gak perlu dipertanyain lagi, haha. Ini bukan trip
pertama yang tersingkat perencanaannya, yang teramburadul implementasinya, atau
ter-yang lainnya. Tapi, jelas yang terlongor se-Januari menjelang Februari
2014, kenapa? Soalnya trip ini kami nikmati pada 31 Januari 2014 J
dan emang longornya kebacut, hahahaa.
Yak, semuanya berawal pada Rabu
pagi, 29 Januari 2014. Saat itu saya lagi sibuk-sibuknya nge-revisi proposal
skripsi yang emang deadline-nya jatuh di hari itu juga. Tiba-tiba aja ada one short message dari mak remps, salah
satu temen saya yang emang rempong abis, hehe. Kenalin, namanya Alfina Hapsari
a.k.a Pipin, si perawan Kalimantan :p Isinya? Ajakan buat ngerayain kelarnya
sertifikasi K3 nya dia, seminar proposal skripsi saya dan juga temen Arab Ampel
kite, si Sheika Aulia Tasniim a.k.a perawan Cipaganti~ :p Intinya, pada pagi
itu mak remps dapet ilham entah darimana (mungkin hasil semedi, haha) buat
ngajak kita nge-trip ke Malang di hari Jum’at itu. Setelah perdebatan panjang,
yang sempet tersendat juga gara-gara keriwehan revisi, dll, akhirnya didapatlah
keputusan bahwa kita bakal berangkat di hari Jum’at pagi, pukul 05.30 WIB.
Ngumpul di salah satu basecamp andalan
saat mau nge-trip, sekarang sih, sebut aja almarhum
basecamp Hendra Unix. Iya, soalnya, tempat bernama Hendra Unix-nya emang
udah gak ada, hiks. :’(
Jadilah
hari itu datang juga. Kami bakal berangkat berlima; saya, Pipin, Sheika, Bebski
(Nurul Chabibah), sama emak Nikmah. Sebenarnya mau ngajak anak-anak lain juga,
tapi mengingat banyak keterbatasan, terutama masalah transportasi, kesibukan,
posisi keberadaan, dll, akhirnya kami cuma mengajak beberapa anak aja (mohon
ma’af bagi yang merasa dirugikan atau gimana-gimana sebelumnya ._.). Ya
begitulah, kami berangkat dari basecamp jam
06.15 WIB, iya, molor 45 menit-an karena bla bla bla~ Nah, tujuan awalnya adalah
ke rumah sdri. Sheika yang memang deket sama terminal Purabaya-Surabaya.
Sesampainya di sana, kirain si miss Ampel udah kelar semua-muanya ya~ Eh,
ternyata belum juga -_- Dan jadilah akhirnya kami berangkat dari terminal
Purabaya sekitar pukul 08.00-an dengan bus jurusan Malang.
Kemana
kami akan menikmati hari itu? Belum ada yang tahu, iya, belum ada rundown pasti yang telah disepakati,
haha. Jadilah diskusi tentang tempat tujuan berlangsung di atas bus saat itu
juga. Untungnya, Sheika sudah mencatat beberapa tujuan yang menarik, sekaligus
angkutan apa saja yang harus kami naiki. Kesepakatan pun didapat dari perdebatan
panjang, yaitu bahwa tujuan utama kami pada trip
kali ini adalah Eco Green Park di Jatim Park
2, Kota Batu-Malang. Tujuan lain akan menyesuaikan, tapi keinginan lain saat
itu adalah mampir ke Burger Buto di Kedai 27 Jalan Sarangan-Malang. Entah bagaimana
step by step menjalani hari itu, tak
ada satupun dari kami yang tahu. Ibaratnya nih, sudah punya rencana strategis
berupa mengunjungi Eco Green Park, tapi kita nggak punya rencana
operasionalnya. Semuanya bakal mengalir begitu aja, menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Yang jelas, the trip must go on, yeah! \m/
Berangkat
pukul 8 pagi berarti akan sampai di Malang sekitar dua jam kemudian. Dan benar,
dengan membayar tiket bus sebesar Rp 12.000,00 per orang, sampailah kami di
Terminal Arjosari pada pukul 10 lewat 15 menit. Selanjutnya, kami harus
menumpang angkutan berkode ADL (Arjosari-Dinoyo-Landungsari) untuk kemudian
turun di terminal Landungsari, mencari angkutan yang bisa mengantar kami menuju
daerah wisata Jatim Park di Batu. Tidak butuh waktu lama untuk mencari lyn ADL
ini, sebab, sepertinya stok lyn-nya memang cukup banyak. Kami bertemu tiga
orang asal Surabaya di lyn ini, dan mereka juga akan menuju daerah wisata yang
sama. Karena kami memiliki tujuan yang sama, akhirnya Bapak sopir angkutan
menawarkan untuk mengantarkan kami ke daerah tersebut dengan membayar Rp
10.000,00 per orang. Lumayanlah, lebih praktis dibandingkan harus turun di
Landungsari untuk oper lyn lain yang kemungkinan juga akan habis segitu
biayanya. Sebenarnya kami juga ditawari untuk dijemput oleh Bapak sopir, dengan
syarat, rombongan yang dijemput juga sejumlah orang yang diantar pada saat itu,
8 orang. Karena tidak bisa memastikan pulang jam berapa, akhirnya kami cuman
bertukar nomor HP, berjaga-jaga apabila nantinya kami jadi meminta untuk
dijemput.
Sekitar
pukul 11.30 WIB kami sampai di lokasi yang kami tuju dan berpisah dengan
rombongan yang satunya, kami menuju Eco
Green Park di Jatim Park 2. Hujan gerimis langsung menyambut kami saat kami
turun dari lyn. Tanpa tau arah yang jelas dan seberapa jauh jarak yang harus
ditempuh untuk sampai di Eco Green Park, kami
berjalan mengikuti petunjuk anak panah. Tapi semakin lama gerimis tak lagi
sekedar rintik-rintik. Kami sedikit kebingungan dan sangsi akan seberapa jauh
lagi jarak yang harus ditempuh. Tepat sekali, saat itu lewatlah sebuah mobil
pengantar pengunjung dari Jatim Park 1 ke Jatim Park 2. Iseng-iseng saja kami
melambaikan tangan, siapa tau sopirnya mau memberhentikan mobil dan
mengantarkan kami. Benar saja, saat melambaikan tangan, mobil itu berhenti.
Sheika yang spesialis berdiskusi dengan sopir langsung membuka pintu depan dan bertanya-tanya
sebentar dengan Mas Sopir, dan setelah itu, kami naik ke dalam mobil pengantar
gratis setelah mendapat kode, “Boleh”. Alhamdulillah... lumayan, tidak jadi
berbasah-basah air hujan dan keringat, hehehe. Nah, tapi ternyata, setelah
sampai di lokasi, kami baru tau bahwa jaraknya tidak begitu jauh dari tempat
kami menumpang mobil pengantar tadi -___-‘.
Beberapa
dari kami langsung menuju toilet saat tiba, beberapa ber-foto-foto ria. Ini nih beberapa hasilnya :D
Kemudian terbelilah tiket masuk untuk lima orang dengan harga Rp 50.000,00 per
anak, karena memang hari itu week end, bertepatan
dengan Imlek pula. Di hari biasa, tiketnya hanya seharga Rp 45.000,00. Setelah
tiket di tangan, kami tidak lantas bergegas masuk ke dalam area Eco Green Park. Kenapa? Karena perut
keroncongan, minta diisi ._. Kemudian kami menuju deretan warung makan di depan
area wisata, mencari tempat makan yang lebih murah daripada di area wisata yang
bisa ditebak, pasti lebih mahal dari harga wajar.
Warung bakso Pak Jay-lah yang
terpilih menjadi tempat makan siang itu. Semangkuk hangat bakso dengan harga Rp
10.000,00, langsung menambah tenaga kami, sedaap. Dikejar waktu, kami segera
menyelesaikan makan siang sekaligus sarapan dengan cepat, meski tidak bisa,
tentu saja. Kebanyakan cas cis cus rempong rumpik sih, haha.
Background-nya nuansa Imlek nih ;)
Ini sista Arab Ampel, a.k.a Sheika Aulia Tasniim :))
Ini saya :D
Ini emaknya anak-anak, a.k.a Emak Ni'mah Rahmawati Nur Islami :D
Ini mak Remps, a.k.a Alfina Hapsari :))
Ini kak Bebski, a.k.a Nurul Chabibah :))
Mejeng bareng (minus mak remps) di depan pintu masuk Eco Green Park ;))
Begini nih bingungnya milih tempat makan di sana~ :p
Barulah pada pukul 12.45 WIB kami
menyegerakan diri masuk ke dalam Eco
Green Park. Saat kami masuk, mendung masih menggelayut di langit tempat
kami berpijak. Dan memang, rintik gerimis sekali-sekali masih meluncur dari
awan-awan hitam di atas sana. Tapi, seperti tidak mau kalah dengan mendung,
sesekali matahari muncul dari balik awan, membuat suasana menjadi lebih cerah,
dan hangat. Tak perduli dengan perlombaan antara matahari dan awan hitam di
siang itu, kami tetap menikmati area-area di Eco Green Park. Bahkan, suasana seperti itu tidak membuat kami
lantas bergerak cepat, sekalipun kami paham, kami sedang dikejar waktu. Sebab,
malam di hari yang sama, pukul 18.45 WIB, kereta api Penataran-Dhoho akan
menjemput dua teman kami untuk pulang kembali ke Surabaya. Sedang sisanya
(saya, Bebski dan Emak Nikmah) rencananya akan pulang kampung ke Kediri dengan
menggunakan bus, jadi, lebih fleksibel lah~
Kami
menikmati satu per satu keunikan di depan kami; miniatur pertanian, kolam ikan,
barang-barang daur ulang seperti cafe dengan memanfaatkan botol bekas, patung gajah
dari televisi bekas, robot dari barang bekas dan lain sebagainya. Kayak foto di bawah ini nih uniknya :p
Nah, bangunan
pertama yang kami kunjungi saat itu adalah semacam rumah serangga. Di dalamnya
ada berbagai macam serangga hidup dan ada juga yang diawetkan. Kupu-kupu dan
beberapa serangga lain yang telah diawetkan disusun rapi membentuk pola yang
cantik di dalam bingkai yang terpanjang di dinding. Tentu saja, semua itu
menarik untuk dijadikan objek foto. Yup! Di sepanjang perjalanan itu memang tidak
ada yang tidak menarik untuk difoto. Apalagi, rombongan teman yang ada bersama
saya seharian itu adalah penggila foto, ehem...kecuali sayalah tentu saja~ :p Berikut hasil gila-gilaan hunting foto di sepanjang awal perjalanan di sana :))
Peternakan Burung Flamingo :)
Miniatur Candi dan Padepokan jaman dulu ;)
h Foto bareng di depan miniatur dampak bencana alam. Makanya, biar bumi kita nggak kayak gitu, jaga lingkungan yuk!:))
Pose seru-seruan baca peta Eco Green Park :p
Ini nih, cipta karya berbentuk gajah yang dibuat dari televisi bekas! Kreatif ya :D
Hiasan dari serangga yang dibentuk menyerupai burung dan daun, serta tulisan "Eco Green Park" :)
Berfoto bersama hiasan kupu-kupu raksasa dari kupu-kupu yang dikeringkan :)
Berbagai macam kupu-kupu yang telah diawetkan
Kepompong asli :p
Kupu-kupu biru :D
Pose gak jelas! Hahaha, yang penting happy lah yaa :3
Setelah keluar dari area rumah
serangga, tujuan selanjutnya adalah musholla. Jarum jam menunjukkan pukul 13.40
WIB dan kami harus segera menunaikan sholat Dzhuhur sebelum terlewat batas
waktunya. Pukul 14.05 WIB kami selesai bergantian menjalankan ibadah dan segera
melanjutkan perjalanan. Ternyata, musholla itu terletak di dekat pintu masuk.
Jadi, kami yang tadinya sudah sampai di rumah serangga harus memutar arah untuk
kembali ke musholla. Oh...ini berarti seperti kembali ke titik nol~ Dan itu
artinya, kami harus mengulang rute awal kami dari pintu masuk ke arah rumah
serangga. Belum lagi setelah dari musholla itu kami berpapasan dengan beberapa
badut lucu; owl, bebek, elang, duh... semuanya bikin gak tahan buat nggak minta
foto bareng :’’ . Dan yak, waktu berasa berjalan dengan cepatnya~
Foto bareng badut-badut lucu :3
Pose bareng Owl :p
Area
selanjutnya adalah area unggas. Mulai merak, burung unta, kuntul, dan bangsa
aves lain dapat kami temui di area ini. Burung beo, kakak tua, atau burung cantik lain yang berwarna dan bisa
terbang terletak di area terpisah. Begitu juga elang dan burung hantu yang
masing-masing mereka memiliki banyak jenis. Semuanya menarik untuk difoto, tapi
lagi-lagi, karena berbenturan dengan waktu, kami hanya sepintas lalu mengamati
mereka dan baru berhenti di tempat foto bersama burung-burung cantik :3
Langsung saja, para penggila foto mengatur posisi untuk berfoto bersama burung
warna-warni yang cantik ini. Meski agak ngeri juga dijadikan tempat hinggap
oleh beberapa burung besar yang terkadang tidak bisa diam dan mematuk-matuk
salah satu lengan teman kami. Tapi, overall
kami berhasil berpose cantik, tidak kalah cantik dengan burung-burung yang cantiknya
istimewa :p Ini nih pose kami :D
Tempat yang kami kunjungi selanjutnya adalah rumah terbalik. Tempat tujuan yang sedari tadi kami cari. Selepas dari sini, mungkin tidak akan menyesal melewatkan tempat lain jika memang terpaksa harus segera bergegas turun ke Malang, mengejar waktu. Seperti namanya, rumah terbalik ini isinya rumah dan perabot yang terbalik. Atap di bawah, lantai, kursi, dan perabot lain yang seharusnya di bawah jadi di atas. Unik lah. Begini nih kira-kira penampakannya~
Tempat yang kami kunjungi selanjutnya adalah rumah terbalik. Tempat tujuan yang sedari tadi kami cari. Selepas dari sini, mungkin tidak akan menyesal melewatkan tempat lain jika memang terpaksa harus segera bergegas turun ke Malang, mengejar waktu. Seperti namanya, rumah terbalik ini isinya rumah dan perabot yang terbalik. Atap di bawah, lantai, kursi, dan perabot lain yang seharusnya di bawah jadi di atas. Unik lah. Begini nih kira-kira penampakannya~
Penampakan depan rumah terbalik
Numpang mejeng di dalam rumah terbalik
Nah, itu penampakan seperangkat sofa yang ada di atap rumah :p
Kalo ini lampu ruang tamu yang justru ada di bawah :))
Ini toilet pemirsa, toilet ala rumah terbalik :p
Didalam rumah terbalik juga ada semacam rumah kaca yang jadi satu dengan rumah terbalik ini. Sempat kesasar-sasar sih, hahaha. Puas dari rumah terbalik, kami melanjutkan perjalanan lagi. Area selanjutnya yang sempat kami kunjungi adalah area labirin yang di dinding-dindingnya terdapat lukisan besar. Fungsi lukisan ini, ya apalagi kalau bukan untuk teman berfoto-ria. Seperti misalnya lukisan kupu-kupu raksasa. Kupu-kupu ini dibuat besar biar pas dengan postur manusia. Sehingga, saat kita berdiri di depannya dan menutupi tubuh kupu-kupu (ulat), kita seolah-olah akan seperti punya sayap kupu-kupu saat difoto. Hmmm... memuaskan para pencinta foto memang~ Nih hasilnya :D
Emak Nikmah pose goreng telur burung gede-nya :p
Saya dong, punya peliharaan kupu-kupu gede di lengan :p
Mak Remps, pose ngasih makan kuda :3
Bebski, pose nahklukkin T-Rex pemirsah :|
Yang ini udah gak di arena lukisan dinding, tapi berhubung kita sama-sama suka makan duren, pura-puranya lagi punya banyak duren nih, pasti uweenaak kalo beneran :p
Beberapa
arena lain yang sempat kami kunjungi adalah rumah pengolahan sampah (kalo tidak
salah), kebun organik berisi strawberry, sawi, tomat cherry, jamur, paprika dan
semacamnya, lalu area sapi perah dan kambing perah. Setelah itu kami bertemu
dengan sepasang orang yang tubuhnya dicat silver dan memegang bola yang dicat
silver juga. Fungsinya? Sebagai objek foto lah, apalagi~ Kami berhenti lagi di
sini untuk bergantian mengambil foto dengan mereka. Selanjutnya, kami berhenti
di lokasi pertunjukan burung. Tapi tempat ini sepi, rupa-rupanya, di jam itu sedang
tidak ada jadwal untuk melakukan pertunjukan. Karena bangunannya bagus, seperti
misalnya ada patung Marilyn Monroe yang rok-nya tertiup angin di atas bangunan,
jadilah kami mengambil beberapa foto di sana. Nih hasilnya :p
Di dekat bangunan pertunjukan burung itu ada cafe Eco Green. Cafe yang di atas atapnya digelantungi oleh banyak pot berisi tanaman menjulur. Cantik dan hijau, lagi-lagi, unik. Dari petunjuk yang ada, untuk membeli makanan di sini kita harus mengisi kartu dulu. Pembelian dilakukan melalui kartu ini. Semacam apa yaa.. kartu tol elektronik milik Bank B*A mungkin sistemnya, hehe. Nih nih, sista sista lagi duduk-duduk cantik :3
Di pinggir cafe ini terdapat kolam ikan. Ehm... bukan kolam mungkin, ya pokoknya semacam tempat yang berisi ikan-ikan pemakan sel-sel kulit yang mati itu lhooo, yang digunakan sebagai therapy. Penasaran seperti apa rasanya dikerumuni ikan, kami segera mengatur posisi untuk mencelupkan kaki ke air. Padahal, saat itu kami tahu, seharusnya kami segera menuju ke musholla untuk menunaikan sholat Ashar dan melanjutkan perjalanan turun ke Malang.
Di dekat bangunan pertunjukan burung itu ada cafe Eco Green. Cafe yang di atas atapnya digelantungi oleh banyak pot berisi tanaman menjulur. Cantik dan hijau, lagi-lagi, unik. Dari petunjuk yang ada, untuk membeli makanan di sini kita harus mengisi kartu dulu. Pembelian dilakukan melalui kartu ini. Semacam apa yaa.. kartu tol elektronik milik Bank B*A mungkin sistemnya, hehe. Nih nih, sista sista lagi duduk-duduk cantik :3
Di pinggir cafe ini terdapat kolam ikan. Ehm... bukan kolam mungkin, ya pokoknya semacam tempat yang berisi ikan-ikan pemakan sel-sel kulit yang mati itu lhooo, yang digunakan sebagai therapy. Penasaran seperti apa rasanya dikerumuni ikan, kami segera mengatur posisi untuk mencelupkan kaki ke air. Padahal, saat itu kami tahu, seharusnya kami segera menuju ke musholla untuk menunaikan sholat Ashar dan melanjutkan perjalanan turun ke Malang.
Niatnya
sih sebentar saja merasakan digigiti ikan kecil-kecil itu. Jarum jam sudah
menunjukkan pukul 16.20 WIB, lebih 20 menit dari jadwal keluar dari Eco Green
Park untuk turun ke Malang yang sudah kami tetapkan. Tapi ternyata, lumayan
lama kami menunggu ikan untuk datang dan memakan sel-sel mati di telapak kaki
kami, jadinya terlena deh~ Oh iya, kami sempat bertemu dengan salah satu dosen
kami di tempat therapy ikan itu, Bu Wid. Rupa-rupanya, beliau juga sedang
berlibur bersama keluarga. Sempet cas cis cus basa-basi, salah satunya ditanya
naik apa ke lokasi wisata itu, dan kamipun menjawab bahwa kami nggelandang memakai angkutan dari
Surabaya ke sana. Hingga tiba-tiba, “BREEEEESSSS!!!!”. Hujan turun dengan
lebatnya. K
Saya dan teman-teman langsung kebingungan dengan bagaimana cara kami untuk
turun ke Malang dengan hujan selebat itu. Sedang saat itu kami dalam kondisi
belum sholat, tidak membawa payung ataupun jas hujan, tidak tahu masih ada
angkutan umum atau tidak di luar sana, tidak tahu bisa mengejar jadwal kereta
atau tidak, dan hasrat untuk mengunjungi stand Burger Buto masih besar. Dilema,
kami berdiskusi sejenak dan kemudian dari hasil diskusi akhirnya dua teman kami
merelakan untuk membatalkan mengejar kereta mereka, serta lebih memilih untuk
mampir ke Burger Buto. Sedang saya dan dua teman lain yang menuju Kediri
spontan langsung enggan untuk pulang malam itu juga. Hujan, gelap, dan jalur
menuju Kediri yang berliku-liku menciutkan niat kami untuk pulang. Beruntun,
saya dan emak Nikmah menghubungi orang rumah untuk memberi kabar bahwa kami
malam itu akan menginap di Malang terlebih dahulu, tidak jadi pulang. Menginap
dimana? Belum tahu -_-
Pukul
16.40 WIB kami berpindah ke musholla untuk menunaikan shalat Ashar. Untung
lokasinya dekat dengan cafe, sehingga hujan tidak membuat kami basah-basah
amat. Setelah shalat, kami masih menunggu hujan reda di depan mini market dekat
mushalla sambil berbincang tentang rencana selanjutnya. Masih tidak tahu harus
turun ke Malang menggunakan apa, dan tidak tahu kapan hujan reda. Opsi A sampek
Z terlontarkan begitu saja, termasuk, pengandaian seumpama tadi ditawari buat
nebeng sama Bu Wid, hehe. Lumayanlah kalo bisa nebeng sampai Malang :p Setelah
hujan reda, kami segera mengambil langkah seribu untuk keluar dari Eco Green
Park. Eh, tapi sebelum sampai pintu keluar, hujan turun lagi -__-‘ Saat itu
posisi sedang tepat berada di depan bioskop 3D kalo tidak salah. Dan horay! Ada
sedikit harapan, kami tiba-tiba saja menemukan sosok Bu Wid di antara kerumunan
orang yang juga sedang berteduh. Tapi kami tidak lantas langsung menyapa, masih
sekedar berbisik-bisik, seolah-olah memikirkan strategi bagaimana caranya biar
bisa nebeng sama Bu Dosen cantik :’. Ah, tapi pada akhirnya tak ada satupun
dari kami yang berani mengutarakannya ke Bu Wid -_-‘
Sembari
menunggu redanya hujan, kami tertarik untuk mencoba wahana yang ada di dekat
bioskop 3D hanoman. Eh, tapi sayang sekali, ternyata sudah lewat dari jam 17.00 WIB,
dan antrian sudah ditutup~ --‘ Baiklah~ Saat menuju wahana itu, kami melewati
Bu Wid dan menyapa beliau, dan saat tahu tidak bisa naik wahana serta hujan
yang sudah reda, kami berpamitan kepada Bu Wid. Mungkin di dalam hati, dengan
berpamitan kami sebenernya masih berharap buat diberi tumpangan sama beliau,
hehehe. :p Sayang sekali, Bu Wid melepas
kami dengan ikhlas~ Jadilah kami ber “yaah....” ria di dalam hati, lalu
ngeloyor menuju pintu keluar. Hujan kembali turun saat kami tepat berada di
depan bagian ticketing. Lagi-lagi
galau, harus naik apa turun ke Malang saat itu. Jadilah kami menunggu datangnya
kereta kelinci warna putih, yang menurut sopir mobil pengantar pengunjung yang
kami tumpangi tadi, kereta kelinci tersebut boleh ditumpangi gratis dari Jatim
Park 1 ke Jatim Park 2, atau sebaliknya. Tapi ternyata kereta tersebut tidak
kunjung datang, yang ada hanya kereta kelinci warna hijau dengan berisikan 2
orang penumpang. Nah, kereta kelinci hijau ini khusus mengantar pengunjung yang
membeli tiket terusan seharga Rp 150.000,00. Sudah kehabisan akal, kami
berencana menumpang kereta kelinci ini saja karena sepertinya tiket yang
melingkar di pergelangan tangan tidak diperiksa. Tapi kami masih ragu-ragu untuk
melaksanakan rencana tersebut, takut ketahuan tiket kami yang berwarna ungu,
bukan putih. Nah lhooo... gimana nih balik ke Batu-nya? ._.
*To be continued...*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar