Jumat, 11 November 2011

Aku, sebagai aku.

Kadang sering berfikir, "Peran apa yang sedang kumainkan ini??" Menatap orang lain berkutat hebat dengan dunianya. Mereka yang sedang tertawa lepas, bekerja keras, hingga menangispun, kuanggap sedang memainkan peran hebat. Mereka bagai tokoh utama dalam duniaku. Dan aku? Seonggok sampah kecil yang terbuang, tak bermakna. Begitulah aku, menganggap diriku sebagai peran figuran yang hanya bermain sesekali. Seringkali hilang ditelan peradaban. Setahun, dua tahun, hingga beberapa tahun kemudian, fikiranku sama. Tidak ada sedikitpun perubahan. Tahu tidak? Merasa jadi peran figuran itu berat. Aku melihat peran utama memainkan perannya dengan indah, beralur naik turun. Dan aku? Konstan. Seperti ikan tak bersirip, seperti burung tak bersayap, atau seperti bunga tak bermadu. Hidup, tapi tak berfungsi. Peran figuran itu... Tak akan terlihat meski berkembang dengan pesat. Peran figuran itu... Cuma numpang lewat. 

Pikiran kecil ini selalu menghantui. Pikiran sederhana yang ternyata mematikan. Membuat kosong, rajin mengeluh, rajin putus asa, dan rajin-rajin buruk yang lainnya. Sampai kemudian aku bosan dengan sendirinya dan berfikir ulang. Hidup dibawah bayang-bayang orang tidak akan membuatku berkembang. Buat apa Tuhan menciptakanku jika Ia tidak memberikan kebebasan untuk memainkan peranku sendiri? Buat apa Tuhan menciptakanku jika tidak diberi kebebasan untuk menjadi aku? Dan ternyata peran yang aku mainkan tergantung dengan ingin menjadi seperti apa aku. Tokoh figuran? Sudah terbukti aku bisa. Menjadi orang terbuang itu mudah kawan... Aku tak perlu bersusah payah menunjukkan siapa diriku, bagaimana karakterku, atau apa potensiku. Dan orang akan mudah mengenalku, semudah melupakanku. Mudah bukan? 

Sedangkan menjadi tokoh utama itu tidaklah semulus itu. Aku perlu berusaha untuk mengenali dan mengenalkan diriku pada orang lain. Aku perlu memberi sinyal kepada mereka mengenai bagaimana karakterku. Aku perlu menunjukkan apa potensiku. Aku perlu menunjukkan siapa diriku dan apa pengaruh keberadaanku. Susah? Iya. Tapi ini akan terbayar ketika mereka mengakui keberadaanku. Akan terasa indah ketika aku dicari oleh mereka. Akan terasa indah ketika ketidakberadaanku dipertanyakan oleh mereka. Akan terasa indah ketika keberadaanku membekas manis diingatan mereka...

Aku tahu, perjumpaan dengan orang lain itu tidaklah kekal. Suatu waktu nanti pasti terpisahkan oleh ruang dan waktu. Namun, untuk apa aku memilih menjadi seseorang yang hanya 'numpang lewat' jika aku bisa membekas manis dalam ingatan mereka? Bukankah menjadi bernilai itu indah? Untuk itulah, akan kumainkan peranku sendiri dalam drama yang disutradai oleh-Nya ini. Akan kuterima tawaran-Nya untuk memainkan peran utama dalam hidupku sendiri. Meski mungkin dalam memainkan peran ini tidak semulus harapanku, tapi setidaknya akan kucoba. Aku ingin bermakna. Aku tidak ingin hilang begitu saja. Aku ingin dikenang sebagai sejarah manis dalam ingatan mereka. Seperti kembang api yang pada akhirnya lenyap, namun telah memberikan kesan indah pada sepasang mata yang memandangnya.

ditorehkan oleh: -ummu nafisah-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar