Sabtu, 19 November 2011

a little think

Allah, Engkau tahu aku sukar berkata-kata..
Bisakah Engkau mempertemukan aku dengan seseorang yang bisa mengerti aku meski aku tak berkata-kata?
Kirimkan dia, Allah...
Dia yang Engkau beri kekuatan untuk memahami, meski itu hanya seper tak terhingga dari kekuatan memahami yang Engkau miliki...
Terimakasih Allah...

Sabtu, 12 November 2011

:)

Aku suka rasa ini.
Rasa sederhana bernama cinta.
Aku suka semua efek asam manis yang ditimbulkannya.
Berbunga-bunga, bertanya-tanya, perih yang menusuk, dan yang paling aku suka, semangat yang dilahirkannya untuk mengubahku.
Bukan... Bukan merubah untuk menjadi yang bukan aku.
Tapi merubahku untuk mau mengejar sesuatu, lebih dari sekedar kamu.
Aku tak tahu akan menjadi apa aku tanpa rasa ini.
Dan taukah kamu?
Tak perduli berbalas atau tidak, mencintaimu adalah sebuah anugerah bagiku.
Terimakasih, cinta. :)

Jumat, 11 November 2011

Siklus Air

Belum cukupkah waktu yang telah kuberikan?
Masih kurangkah gundukan waktu ini?
Harus berapa lama lagi?
Setahun? Dua? Tiga? Sepuluh?
Eheh..
Bukan hal yang sulit menambah sepuluh lagi
Bukankah lima belas telah terlewat?
Rasa ini sudah seperti siklus air
Berkumpul di awal, memanas, mendidih, menguap, lalu berkumpul lagi
Seperti itulah lima belas tahunku
Siklus air yang berulang
Aku tahu aku mampu
Tapi..
Tegakah kamu??

Kamu

Kamu..
Ya, Kamu..
Kamu yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan ini
Kamu yang jauh di sana, di balik tembok penghalang bernama ruang dan waktu
Aku maunya kamu
Ya, kamu...
Kamu yang mengenalkan aku akan permainan gila bernama cinta
Kamu yang mengenalkan aku akan perasaan aneh bernama rindu
Kamu yang mengenalkan aku akan perasaan menyerah bernama pasrah
Aku maunya kamu
Ya, kamu...
Bahkan jejak-jejakmupun cukup
Jika kehilangan jejakmu, aku ikut hilang
Saat tak ada kamu, aku kosong

Aku, sebagai aku.

Kadang sering berfikir, "Peran apa yang sedang kumainkan ini??" Menatap orang lain berkutat hebat dengan dunianya. Mereka yang sedang tertawa lepas, bekerja keras, hingga menangispun, kuanggap sedang memainkan peran hebat. Mereka bagai tokoh utama dalam duniaku. Dan aku? Seonggok sampah kecil yang terbuang, tak bermakna. Begitulah aku, menganggap diriku sebagai peran figuran yang hanya bermain sesekali. Seringkali hilang ditelan peradaban. Setahun, dua tahun, hingga beberapa tahun kemudian, fikiranku sama. Tidak ada sedikitpun perubahan. Tahu tidak? Merasa jadi peran figuran itu berat. Aku melihat peran utama memainkan perannya dengan indah, beralur naik turun. Dan aku? Konstan. Seperti ikan tak bersirip, seperti burung tak bersayap, atau seperti bunga tak bermadu. Hidup, tapi tak berfungsi. Peran figuran itu... Tak akan terlihat meski berkembang dengan pesat. Peran figuran itu... Cuma numpang lewat. 

Pikiran kecil ini selalu menghantui. Pikiran sederhana yang ternyata mematikan. Membuat kosong, rajin mengeluh, rajin putus asa, dan rajin-rajin buruk yang lainnya. Sampai kemudian aku bosan dengan sendirinya dan berfikir ulang. Hidup dibawah bayang-bayang orang tidak akan membuatku berkembang. Buat apa Tuhan menciptakanku jika Ia tidak memberikan kebebasan untuk memainkan peranku sendiri? Buat apa Tuhan menciptakanku jika tidak diberi kebebasan untuk menjadi aku? Dan ternyata peran yang aku mainkan tergantung dengan ingin menjadi seperti apa aku. Tokoh figuran? Sudah terbukti aku bisa. Menjadi orang terbuang itu mudah kawan... Aku tak perlu bersusah payah menunjukkan siapa diriku, bagaimana karakterku, atau apa potensiku. Dan orang akan mudah mengenalku, semudah melupakanku. Mudah bukan? 

Sedangkan menjadi tokoh utama itu tidaklah semulus itu. Aku perlu berusaha untuk mengenali dan mengenalkan diriku pada orang lain. Aku perlu memberi sinyal kepada mereka mengenai bagaimana karakterku. Aku perlu menunjukkan apa potensiku. Aku perlu menunjukkan siapa diriku dan apa pengaruh keberadaanku. Susah? Iya. Tapi ini akan terbayar ketika mereka mengakui keberadaanku. Akan terasa indah ketika aku dicari oleh mereka. Akan terasa indah ketika ketidakberadaanku dipertanyakan oleh mereka. Akan terasa indah ketika keberadaanku membekas manis diingatan mereka...

Aku tahu, perjumpaan dengan orang lain itu tidaklah kekal. Suatu waktu nanti pasti terpisahkan oleh ruang dan waktu. Namun, untuk apa aku memilih menjadi seseorang yang hanya 'numpang lewat' jika aku bisa membekas manis dalam ingatan mereka? Bukankah menjadi bernilai itu indah? Untuk itulah, akan kumainkan peranku sendiri dalam drama yang disutradai oleh-Nya ini. Akan kuterima tawaran-Nya untuk memainkan peran utama dalam hidupku sendiri. Meski mungkin dalam memainkan peran ini tidak semulus harapanku, tapi setidaknya akan kucoba. Aku ingin bermakna. Aku tidak ingin hilang begitu saja. Aku ingin dikenang sebagai sejarah manis dalam ingatan mereka. Seperti kembang api yang pada akhirnya lenyap, namun telah memberikan kesan indah pada sepasang mata yang memandangnya.

ditorehkan oleh: -ummu nafisah-