Kamis, 17 April 2014

BERPULANG


Sebuah kerinduan yang akan selalu menyusup nakal di dalam benak saat penat menghampiri. Rindu kehangatan, kenyamanan, senyuman, dan semua yang pernah didapatkan, dulu. Berharap akan mendapatkannya kembali saat berpulang. Dan ya, aku mendapatkan semuanya saat ini. Menjumpai senyum seisi orang rumah adalah kebahagiaan, bahan bakar semangat untuk kembali mengadu nasib, berjibaku dengan hidup, yang belum... ini semua belum bisa kusebut keras, sama sekali belum pantas.

Ketika tiba waktunya, tak hanya sekedar raga yang kembali berpulang ke 'rumah'. Keping-keping kenangan dan pikiran liar yang sempat berpencarpun turut serta bersamaku. Aku berpulang membawa sekantong rindu, lalu berusaha menyusun kepingan-kepingan kenangan menjadi satu. Tak lagi seperti yang dulu memang, tidak akan pernah ada yang sama. Kini dan dulu, selalu berbeda. Berkat pelari tercepat ciptaan Tuhan yang bernama WAKTU.

Kedua orangtua yang dulu terlihat muda saat aku masih belajar mengenal dunia kini mulai terlihat gurat-guratan garis keriput di wajahnya. Tangannya yang dulu memegang kedua tanganku dengan kuat saat mengajariku berjalan, kini tak lagi sekuat dulu. Jalannya yang dulu diperlambat hanya untuk menyejajariku saat berjalan, kini tak lagi secepat yang dulu. Rambutnya yang dulu hitam lebat, kini putih sempurna. Tidak, tidak ada lagi yang sama, kecuali kasih sayang mereka...

Kakak? Kakak ada di mana? Oh... tentu saja mereka sedang bersama dengan keluarga kecil barunya. Bahkan mereka kini telah menjadi Ibu dan Ayah dari keponakan-keponakan lucuku. Berusia sama seperti kedua orangtuaku saat mengasuhku waktu kecil dulu. Tidak, tidak ada lagi yang sama, kecuali kasih sayang mereka kepada saudara...

Teman? Dimana mereka? Para pelari handal, pemukul bola kasti terbaik, penyepak bola kaki tertepat, atau pemain petak umpet yang super susah untuk ditemukan saat bersembunyi? Bahkan di rumah-rumah mereka pun kini sudah tak diisi oleh orang yang sama. Atau mungkin satu dua dari mereka kini sedang berada di luar kota. Eheh, sekali lagi tidak, tidak ada lagi yang sama, kecuali kenangan masa kecil yang pernah kami lewati yang masih tersimpan dalam benak kami...

Dan kamu. Lelaki kecil penyemangatku dulu. Apa kabar? Sepertinya tanpa perlu kukhawatirkan kamu akan selalu baik-baik saja bukan? Semoga begitu, dan selalu begitu. Tampaknya kini aku tidak perlu bersusah-susah mengingat episode yang berisi kamu ya, atau mengandai-andaikan sesuatu yang tidak akan pernah terwujud. Dan tenang saja, semuanya sudah kukunci dalam kotak khusus dan kukubur dalam-dalam. Tak akan kubuka, meski ya, belum ada kotak pengganti yang berisi bahagia sepertimu, dulu. Ah, tak apa, setidaknya mengetahuimu sedang berbahagia membuatku cukup tenang untuk melakukan misi ini. Sebab semua tak lagi sama sepeti dulu, dalam hal ini, yang tak sama adalah isi hati. Kali ini, benar-benar tak ada lagi yang sama, serta tidak akan pernah ada pengecualian terhadap hal yang mungkin saja saat ini masih sama. Berbeda, TOTAL.

Sudahlah... Aku berpulang untuk menjemput suasana baru bukan? Meski demikian, aku tidak pernah menyesal pernah dan masih diberi kesempatan untuk hidup dan mengenal arti kata 'kenangan' yang di dalamnya terdiri dari dua hal, bahagia dan kesedihan, atau bahkan kombinasi dari keduanya. Satu yang pasti, semua itu sudah SKENARIO dari-Nya, jalan cerita TERBAIK. Tumbuh dan berkembang untuk melalui sebuah proses kehidupan, proses pembelajaran, dan aku, sangat menghargai kenangan serta orang-orang yang berada di dalamnya. Jika ada kata yang lebih dari sekedar terimakasih, kata itulah yang akan kuberikan kepada mereka. Dan yang lebih berhak mendapat ucapan terimakasih, tentu adalah Sang Sutradara sekaligus Sang Maha Segala-galanya. Terimakasih, Allah, atas kesempatan untuk hidup dan kesempatan untuk berpulang, kali ini. Suatu hari, ketika aku berpulang dalam keabadian, semoga Engkau membukakan pintu rumah-Mu dengan lebar dan mengijinkanku untuk bertemu dengan mereka kembali, aamiin... :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar