Sabtu, 15 Maret 2014

I Love The Way I am

Rindu sekali rasanya jari jemari akan sensasi menari-nari di atas tuts keyboard. Meski hanya untuk menuangkan rasa yang nggak jelas, yang bahkan diri sendiri tidak mampu memahamipun, selalu lebih menyenangkan ketimbang mencoba menyampaikan sesuatu yang rigid semacam proposal, laporan maupun tugas-tugas lain semacam itu. Haha, iya, aku selalu mencintai jalanku untuk mengutarakan sesuatu via tulisan. Biarpun orang lain mungkin banyak yang tidak paham saat membacanya, setidaknya, bagiku sudah cukup jika aku dan Tuhan mampu memahami tiap-tiap kata yang terkadang terangkai dengan sederhana, atau malah justru sebaliknya. Sebab, adakalanya tidak semua rasa mampu terungkap dengan tulisan, dan aku, tidak memungkiri hal itu.

Terkadang masih ada banyak hal yang tersembunyi, tak terpahami. Mengolahnya menjadi kata-kata justru menjadi sulit sebab masih ada teka-teki, unidentified. Ah, tapi aku selalu suka menebak-nebak, merangkai satu persatu puzzle yang berserakan di otak. Terkadang sulit diungkap, tak terselesaikan, dan bagiku, tak apa. Setidaknya aku sudah memetakan pola pikiran dengan segenap syaraf yang menjuntai membentuk tali temali hingga ujung kesepuluh jari jemari tanganku. Tuhan selalu istimewa dengan pilihan-Nya, dan mahkluk ciptaan-Nya pun pasti istimewa karena  tercipta dari Dzat yang istimewa. Jika dulu aku sempat bertanya-tanya mengapa, maka sekarang tidak. Jika dulu selalu heran mendengar pun melihat orang lain berbicara dengan lancar, mengalirkan tiap-tiap apa yang dirasakan dan dipikirkan secara lisan, sekarang tidak, namun aku belajar. Sebab, ada kalanya bahasa tulisan tidak diterima, ada kalanya bahasa tulisan tidak istimewa. Dan aku, menerimanya. Hanya saja, mencintai adalah satu-satunya jalan atas sebuah penerimaan yang besar, dan aku? Aku mencintai jalanku. Ya, I Love The Way I am. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar