Sabtu, 15 Maret 2014

Perbincangan Satu Arah

Hey. Apa kabar? Selalu bahagia ya? semoga. :)
Ah, sudah kehabisan kata-kata meski yang terlontar hanya sekedar bertanya soal kabar.
Untaian do'a sudah terucap kok, untukmu, dan untuk orang lain yang berada di sampingmu. 

Aku dulu dan beberapa waktu yang lalu mungkin masih memikirkan, sekarang? Jujur saja masih, haha.
Tapi pola pikir atas jalan untuk memikirkanmu sudah berubah, itu saja bedanya.
Patah hati? Tidak bisa disebut begitu juga sebab aku juga tidak tahu apa dulu aku bisa menyebut bahwa aku sedang mencintai.
Kecewa? Tidak sepenuhnya juga sepertinya, sebab itu sudah terprediksi dari bertahun-tahun yang lalu.
Membenci? Nah, ini satu-satunya pertanyaan yang bisa kujawab dengan pasti. 
Tidak sama sekali, justru sebaliknya, aku yang bertanya-tanya apakah kamu yang membenciku?

Ah, baiklah. Bagaimana jika aku saja yang berkabar padamu.
Kabarku baik, meski mungkin tidak sebaik kamu.
Tapi akan segera kutingkatkan lagi keadaanku, jika aku boleh menyebutnya sebagai janji.
Mmm..masih berputar-putar pada pola pikir yang sama meski ada sedikit perbedaan.
Sedang memperjuangkan sesuatu yang disebut sebagai sebuah kelulusan.
Sedang tertatih-tatih dalam menemukan jati diri dan keinginan.
Tapi kamu tahu?
Berita bagusnya aku sedang mengendarai kendaraanku sendiri.
Bukan kamu yang menyetir, pun orang lain.
Aku, iya, aku.
Aku yang akan menentukan jalan hidupku sendiri, tentu atas ijin-Nya.
Ah, iya, itu berita terbagus yang perlu kamu tahu.
Aku sudah bisa melepaskan diri dari kendalimu dan tidak lagi copy cat semacam dulu.
Jika dulu begitu berat melepas impian masa kecil yang nyata-nyatanya tidak bisa terwujud, sekarang tidak.
Jika dulu begitu berat melepas jalan hidup jauh dari pola hidupmu, sekarang tidak.
Aku lebih mandiri lagi, jika aku boleh berbangga menyebut diriku mandiri.
Aku tidak pengecut lagi, oh, setidaknya tidak sepengecut dulu.
Kabar baik bukan?
Mmm.. satu lagi.
Yang perlu kamu tahu, kali ini aku sedang menunggu dan berusaha, meski tanpa sebuah ekspektasi yang terlalu besar seperti dulu.
Oh, mungkin berekspektasi iya, tapi bukan lagi ambisi. 
Aku sedang mencintai, mencintai tiap-tiap jalan yang memang sudah digariskan untukku begini adanya.
Termasuk, jalanku untuk kehilanganmu~

Tenang saja, suatu waktu nanti juga akan tiba giliranku untuk mencintai, mencintai jalanku untuk dipertemukan dengan orang lain yang sudah digariskan untukku begitu adanya.
Bisa jadi kamu, bisa jadi tidak. 
Tapi aku sama-sama percayanya, kamu atau bukan kamu, pasti yang terbaik.
Sekarangpun begitu, aku sedang mencintai jalanku untuk dipertemukan dengan sepasang mata yang baru.
Entahlah, aku membaca sebuah kehidupan di sepasang mata baru itu.
Hanya saja, kabar  buruknya, aku sudah tidak berani berekspektasi terlalu tinggi lagi dalam memperjuangkan sepasang mata baru itu.

Itu saja kabar dariku, meski aku yakin bahwa kamu sama sekali tidak membutuhkannya.
Tak apa, meski ini hanya sebuah perbincangan satu arah, sudah cukup untuk membuatku lega, sepertinya.
Terimakasih, meski tidak mendengar pun membaca, setidaknya kamu telah menjadi pendengar dan pembaca  dalam dimensi yang berbeda, yang kusebut sebagai dimensi fatamorgana.

Sincerely,
The worst false you ever have in the world

Tidak ada komentar:

Posting Komentar