Kamis, 05 Desember 2013

Hello (Again)

Hello (again), lama sudah tidak menjamah blog ini untuk berbagi, sekedar merekam peristiwa dan mengikatnya dengan untaian kata-kata... Sudah lama sekali vacum dari dunia tulis-menulis rasanya, tulisan yang panjang maksudnya, bukan nyampah di twitter dan lain sebagainya, heheh.

Saat ini sedang menyumpal telinga dengan sepasang headset. Yang terputar adalah serangkaian lagu dari Ost. Heirs. Mengalun, pelan, irama yang menenangkan. Iya, menenangkan, bagi saya, yang mungkin dramatis mengalun bagi sebagian orang. Ah, entah, lagu yang seperti ini selalu cukup menyenangkan, menenangkan. Selera musik apa? Siapa yang peduli, hahah. Sebab di sana saya menemukan tenang, refleksi diri, yang justru kemudian menimbulkan rasa syukur setelah berfikir mulai A hingga Z.

Sedang ada banyak yang difikirkan, sekarang. Tentang tulis menulis. Tentang sebuah pelarian. Tentang sebuah pencarian jati diri. Tentang kehidupan empat tahun belakangan. Tentang kehidupan di masa yang akan datang. Tentang orang-orang tersayang. Tentang apa yang sudah saya lakukan. Tentang, dia. 

Tulis menulis? Saya sempat melakukan pelarian darinya. Sempat menahan diri sekian lamanya untuk tidak menulis, kecuali beberapa kalimat saja. Atau setidaknya, berhenti menuliskan ''perasaan''. Dan seperti demikianlah saya pada perasaan dalam artian yang sebenarnya, melarikan diri. Sempat berpura-pura baik-baik saja, selama beberapa waktu. Padahal peperangan hebat sedang bergolak di dalam diri sendiri. Ah, tapi tenang... Kini saya sedang benar-benar baik-baik saja, semoga.

Tulis menulis itu adalah metode terbaik yang saya punya selama belasan tahun untuk menyampaikan ''perasaan''. Maka lari darinya, berarti seperti berlari dari rumah sendiri untuk berpulang. Sempat merasakan tumpukan emosi, gejolak-gejolak yang tak bisa dilepas begitu saja. Kehilangan kata-kata, bahkan.. kehilangan hati untuk bicara. Sebab tulis menulis adalah sebuah intrumen bagi saya, untuk berbicara dari hati ke hati, dengan diri sendiri.

Tak apa, setidaknya saya belajar menghargai. Setidaknya saya pernah mencoba belajar mencari jalan keluar. Belajar untuk bisa berbahasa verbal lewat kata-kata dan suara, meski akhirnya percuma. Pada akhirnya, saya harus berpulang pada rumah sendiri bukan? Demikianlah sekarang yang sedang saya lakukan, berpulang.

Tentang menjelang empat tahun belakangan. Banyak sekali yang terlewat untuk saya rekam lewat tulisan. Meski tetap saja, saya merekamnya di otak lekat-lekat. Hanya saja, sayang sekali, mungkin merekam dengan otak berkapasitas seadanya, sebab mungkin juga akan ada banyak hal yang terlewat. Maka saya membantu merekam peristiwa-peristiwa istimewa itu dengan hati. Setidaknya saya merekam bahwa saya sempat, masih dan akan terus mengenal kebahagiaan di sini. Bersama keluarga kedua, orang-orang tersayang dan dunia empat tahun saya. Bahwa saya sempat mengenal senang, mengenal kesal, mengenal haru, mengenal kasih sayang, mengenal ketulusan, mengenal perjuangan, mengenal pengabdian, mengenal cinta (mungkin), dan kesemua yang mungkin akan menciptakan rindu di masa yang akan datang. Sekalipun saat ini pun rindu itu sudah tercipta, dan saya cukup bahagia, teramat bahagia untuk merasakannya.

Banyak hal yang sudah saya coba, meskipun hal-hal yang belum saya coba masih lebih banyak lagi. Namun demikian, saya tetap harus berterimakasih bukan? Terimakasih atas pengalaman berharganya, kesempatan, kepercayaan, dan terimakasih telah memaafkan kesalahan. Bekal ini mungkin masih belum cukup untuk masa depan saya, namun setidaknya sangat lebih baik daripada tetap bertahan dengan diri saya yang dulu. Terimakasih untuk perubahan yang lebih baik, menurut saya, meski mungkin tidak bagi beberapa orang. Tak apa, saya bahagia, sempat merasakan apa yang telah saya rasakan. Alhamdulillah, terimakasih atas kesempatan dan anugerah-Mu yang luar biasa istimewa Ya Rabb.. :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar