Kamis, 12 Juli 2012

Tetralogi Tulungagung, Jogjakarta, Jakarta, dan Kediri.

tulungagung itu~ kota kelahiranmu. tempat dimana engkau dilahirkan dan dididik hingga bermetamorfosa menjadi pemuda yang siap terjun dan berjibaku dengan kerasnya dunia, ayah.

jogja itu~ kota permulaan. permulaan engkau mengawali berkenalan secara intens dg kerasnya hidup selepas jauh dr org tuamu, ayah.

jakarta itu~ kota permulaan sekaligus perjuangan. permulaan engkau mengarungi bahtera keluarga dan memperjuangkan kehidupan untuk keluarga kecilmu, ayah.

kediri itu~ kota kesekian, yag tak ku tahu apakah akan menjadi akhir. kota kesekian yang mengharuskanmu turun jabatan hanya demi menuruti keharusan istrimu, bundaku, untuk berbakti kepada kakek, selepas nenek tutup usia.

kau ajarkan kepadaku kesederhanaan. kau ajarkan kepadaku kebaikan. kau ajarkan kepadaku pilihan baik dan buruk. dan yang sangat berkesan ayah, kau ajarkan dan kenalkan aku pada Dzat yang Maha Segalanya, pemilik dunia seisinya, penetap jodoh, mati dan rejeki~

padamu ayah, aku alirkan kekuatan ekstraku yang mungkin tak seberapa ini, mengharap padamu, agar terus percaya dan berada di sisiku, selalu~

***

Denting jam menunjukkan pukul 21:50 WIB ketika saya memulai untuk menulis cerita ini. Have no activity, just wanna write about my father's stories. His name is Fanani. Have a title ,BcHk after his name cause he has been being a young bachelor of faculty of laws in Indonesian Islamic Universty a.k.a UII Jogjakarta. I have no specific aim when I write this stories. But I just wanna spread his positive spirit which always can inspiring me to the others.

Oke, kembali ke bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD meski akan saya lemah lembutkan bahasanya. Dan untuk menghormati beliau, kali ini saya tidak akan menggunakan bahasa slengehan seperti biasanya. :) Yup, baiklah, saya juga sadar, bahwa cerita ini mungkin tidak akan selengkap sejarah yang sesungguhnya, tapi saya hanya menuliskan beberapa part sejarah ayah saya yang patut untuk ditauladani oleh generasi muda, yang mungkin sedang mencari jati diri~ #apasih. Hahaa

Baiklah~ Start from Tulungagung!
Sebelumnya saya tuliskan kembali cuplikan tulisan yang di atas yaa.
"tulungagung itu~ kota kelahiranmu. tempat dimana engkau dilahirkan dan dididik hingga bermetamorfosa menjadi pemuda yang siap terjun dan berjibaku dengan kerasnya dunia, ayah."
Sekian dan terima kasih. #eeeh. Haha. Belum di start udah main penutupan aja, --' *toyor jidat diri sendiri* Yap! Beliau di lahirkan di kota Tulungagung, desa Karangrejo tepatnya, pada 10 Desember 1945. Itu juga katanya penulisan tanggal lahirnya gak tau bener apa enggak. Soalnya, yeah, as you know-lah gimana orang jaman dulu~ Of course, kakek saya yang bernama lengkap Mbah H. Tohir dan nenek saya, Mbah Siti ___ *lupa nama belakangnya, hehe. soalnya kebiasaan cuman manggil Mbah Ti aja sih :p *, belum terbiasa dengan sistim penulisan akta kelahiran. Harap maklumlah, 1945 means pemerintahan belum terbentuk dengan sempurna, masih memperjuangkan kemerdekaan yang sesungguhnya malah! *Eh, kalo memperjuangkan kemerdekaan yang sesungguhnya, sekarangpun masih sih...--*

Next! Begitulah~ Beliau dibesarkan dan dididik di kota Tulungagung dan terlahir sebagai kakak pertama dari  6 bersaudara. Tiga adik laki-laki dan dua adik perempuan. Oleh karena itu, nggak heran jika beliau harus mandiri se-mandiri mungkin sebagai seorang kakak. Apalagi, saat melahirkan beliau, usia kakek dan nenek masih cukup lumayan muda. Dan dengan demikian, beliaupun menjadi cucu pertama dari kakek dan nenek buyut saya. Saking pertamanya, bahkan usianya sebelas dua belas dengan usia adik dari kakek saya~ Berbekal itulah, beliau dekat dengan kakek dan neneknya, termasuk tante dan omnya. Dan waktu itu sih, bisa dibilang kakek dan nenek beliau adalah perintis di daerah tersebut. Jadi, bisa dibilang terhormatlah. Makanya, kemudia beliau punya skill buat berbicara ngalor-ngidul nggak peduli sama siapapun. Nah, skill ini yang nggak nurun di saya. --'

Oke, masa kecil Fanani muda bisa dibilang selayaknya pemuda-pemuda yang lain. Bahkan bisa dibilang cukup beruntung dibandingkan dengan anak lain jika dilihat dari sudut pandang pendidikan. Eittts... tapi ini juga nggak diperoleh dengan mudah oleh beliau. Butuh perjuangan kawan... :' Seingat saya dari cerita beliau yang nggak cuman satu dua, beliau mengenyam pendidikan setara sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Tulungagung, serta pendidikan setara sekolah menengah atas di Tulungagung sekaligus di Kediri. Saya tidak tau persis bagaimana ceritanya sistem pendidikan pada saat itu bisa membolehkan ayah saya untuk bersekolah di dua institusi, tapi faktanya, ini benar-benar terjadi. Dan seingat saya lagi, beliau mengambil pendidikan di dua sekolah tersebut dikarenakan takut tidak lulus ujian, yang katakanlah semacam ujian nasional pada saat sekarang ini. Jadi maksud beliau, ketika tidak lulus ujian di Kediri, harapannya bisa lulus ujian di Tulungagung. Ah entahlah, saya juga tidak habis pikir ~ Adik-adik beliaupun saat itu mengenyam pendidikan selayaknya pemuda pemudi yang lainnya kok. :)

Seiring berjalannya waktu, akhirnya tibalah saat ayah dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan sekolah kemana. Beliau adalah orang IPA, yang katanya, terpaksa masuk IPA karena waktu itu disuruh oleh guru yang merangkap sebagai guru bimbingan belajarnya. Beliau mengiyakan saja meski sebenarnya merasa tidak yakin dengan pilihan tersebut. Dan ya, ketika sudah berada di kelas IPA, beliau merasa kesulitan untuk menerima pelajaran yang benar-benar eksak. Bahkan, beliau sempat mengajak beberapa teman yang dirasakan senasib dengan beliau untuk pindah ke kelas IPS. Namun kemudian entah kenapa *lupa ceritanya*, akhirnyaa niat tersebut diurungkan sampai beliau akhirnya lulus dari kelas IPA tersebut. Hanya saja, akhirnya ketika kuliah, beliau tetap menjatuhkan pilihan pada dunia sosial. :')

Kakek dan nenek berhasil mendidik beliau untuk menjadi anak yang berbakti kalo menurutku. Jadi kakak yang baik untuk adik-adiknya, jadi suami yang baik untuk bundaku, jadi ayah yang baik bagiku dan kakak-kakakku, jadi tetangga yang baik, jadi saudara yang baik, baik, baik, dan baik. :)

*To be Continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar