Rabu, 19 Februari 2014

Karena Aku Mencintaimu [FF2in1]


"Ren, elu kenapa nggak move on aja sih? Betah aja gitu masih nunggu yang nggak pasti ke depannya bakalan gimana", celoteh Nada tiba-tiba.
"Eh, apa? Soal Nugi lagi? Yaudahlah ya, gue yang ngejalanin, kenapa elu yang rempong sih? Hahaha", aku menguraikan tawa mendengar celoteh gadis seumuranku itu, Nada Anastasya. Sahabat karibku sejak dua tahun yang lalu. 
"Ya masalahnya elu udah kayak zombie aja deh, mati segan, hidup kayak mati".
"Ih, enak aja... hidup kok gue, hidup. Elu tenang aja Nad. Ada saatnya gue bakalan menghentikan semua proses yang elu anggap gila ini," jawabku. Lalu Nada terdiam, kepalanya menggeleng berulang-ulang.
"Sedeng lu ya!"
Aku hanya tersenyum, berlalu meninggalkannya di belakangku.
            Kenapa pula tiba-tiba Nada mengingatkanku pada Nugi Firmansyah, laki-laki yang dulu sempat datang dalam hidupku lalu pergi entah kemana semenjak lulus dari SMA. Hanya sekejap, namun sungguh, bagiku, hingga kini dia masih mengisi sebagian ruang dalam hidupku. Beberapa bulan yang lalu aku menemukannya kembali dalam akun jejaring sosial. Namun aku enggan menyapanya dalam bentuk apapun. Ah, biar saja dia melakukan apapun semaunya. Datang dalam hidupku mungkin memang bukan pilihannya, untuk pergi, bisa jadi itu menjadi keinginannya. Tak apa, bagiku kehadirannya dulu sungguh bermakna, biar saja ia tidak menyadari. Melalui akun itu aku terus memantaunya. Aku mencoba melihat dengan siapa ia saat ini mulai membangun kisah baru setelah pergi dariku. Dan aku menemukan gadis itu. Sekali-lagi tak apa.
            Namanya Ferita Iskandar. Teman sekampusnya. Cantik dan hangat. Setidaknya itulah yang aku tangkap dari isi percakapan mereka dalam akun jejaring sosialnya. Sepertinya mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, bisa jadi setelah putus dariku. Aku tersenyum. Ah, aku teringat pada janjiku padanya. Ada perbedaan besar diantara kami yang mungkin tak bisa membuat kami bersatu. Ini ujian, dia memutuskan pergi dariku untuk sementara di kala itu. Dan katanya, aku harus melupakannya. Baiklah, mungkin saat ini aku harus memenuhi janjiku. Janji untuk melepaskannya jika dia sudah bersama dengan yang lain. Aku mengarahkan kursor pada kolom yang menunjukkan identitasnya, melihat nomor handphone-nya lalu mengirim short message untuknya:
            “Selamat Nugi, semoga bahagia dengan yang baru. Saatnya bagiku untuk menepati janji. You do, me too.”
Ya, semenjak hari itu aku melepaskannya, mengikhlaskannya, sebab aku mencintainya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar