Selasa, 18 Februari 2014

One Day Trip to Malang~ #Part 2 (Burger Buto)


Saat pergolakan batin dan perdebatan berlangsung, tiba-tiba saja ada sebuah mobil hitam yang berhenti di depan kami. 2 penumpang dari kereta kelinci hijau pindah ke mobil itu. Lantas bapak sopir di depan membuka jendela mobil dan menyuruh kami naik mobil itu. Kebingungan, Sheika bertanya mengenai benar atau tidak kami boleh menumpang mobil tersebut dengan gratis, dan Bapak sopir bilang,”Iya, apasih yang enggak buat mbak-mbaknya~”. Jadilah, Sheika lalu membuka pintu depan, sedang emak nikmah membuka pintu tengah. Kalau tidak salah mobilnya merupakan mobil Avanza hitam, sama-sama milik Jatim Park. Emak Nikmah sudah naik ke bagian tempat duduk belakang saat kemudian terjadi perbincangan antara Bapak sopir dan emak Nikmah. Usut punya usut, ternyata Bapak Sopir melihat tiket gelang warna ungu yang dipakai emak Nikmah. Sedangkan mobil tersebut digunakan untuk pengunjung dengan tiket terusan, tiket yang berwarna putih, jadi sebenarnya kami tidak boleh memakai jasa pengantaran tersebut. K Tik tok... tik tok.... waktu seakan berhenti berdetak saat kami tahu kenyataan tersebut (#halah). Spontan saya yang sedang memegang pintu mobil ingin langsung menutup kembali pintu mobilnya ._. Biar... biar emak Nikmah yang ada di dalam, yang turun lagi, biar... biar... ._. Sheika juga menutup pintu depan lalu menghampiri kami yang hampir masuk lewat pintu tengah. Sedang emak Nikmah masih belum turun juga. Sepertinya waktu di dunianya Emak Nikmah sedang benar-benar mati saat itu, jadinya dia cuman mematung di dalam, dalam posisi hendak duduk, hahahaha. Xp Dua penumpang lain yang ada di dalam mungkin saja sebenarnya ingin tertawa, tapi tidak tega, pokoknya, hening bangetlah saat itu, hehehe.
Tapi beberapa saat kemudian emak Nikmah memberi kode, “masuk..”. Huwoooooo! Syurgaaa! Entah jurus apa yang dipakai emak Nikmah untuk merayu Bapaknya, hingga akhirnya kami diperbolehkan untuk menumpang. Mungkin, jurus memelas semelas-melasnya, hehe. Itu kelongoran ke sekian yang terjadi, yang sekaligus membongkar kelongoran yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Apa itu? Yaitu bahwasanya, ternyata, usut punya usut lagi, mobil yang tadi kami tumpangi saat akan menuju Eco Green Park juga punya rules yang sama dengan mobil yang kami tumpangi saat pulang. Berlaku hanya untuk penumpang dengan tiket terusan. Sedangkan kami? Saat itu malah belum punya tiket -_____-‘ Kata Pak Sopir, kami sedang beruntung saja, mungkin sopirnya masih baru, soalnya seharusnya ngeliat dulu warna tiket yang melingkar di pergelangan tangan. Astaganaga.... Alhamdulillah..#eeh.
Di dalam mobil itu kami banyak membisunya. Yang berceloteh saat itu si Sheika, belagak-belagak gak tahu apa-apa gitu, jadinya nanya-nanya, hahaha. Palingan beberapa dari kami cuma kadang-kadang saja menimpali, atau minta maaf karena baru tahu rules-nya. Mungkin semacam pengalihan pembicaraan kali ya, pertanyaan selanjutnya dibelokkan tentang transportasi apa yang bisa kami tumpangi untuk bisa sampai ke Malang kota. Diskusi berjalan cukup lama, dan akhirnya, Bapak tersebut mau menawarkan diri untuk mengantarkan kami ke terminal terdekat. Soalnya, transportasi umum yang bisa kami tumpangi cuma bisa didapat di sana. Apalagi saat itu sudah jam 5 lebih, transportasi sudah semakin jarang bisa didapat. Setelah bercakap-cakap dan mendapatkan penawaran itu, kami langsung mengiyakan dengan hati sangat-sangat senang. Cuma, kami jadi mendadak bingung dengan berapa rupiah yang harus kami bayarkan ke bapak tersebut. Bapak tadi menawarkan untuk mengantar kami ke terminal terdekat dengan bayaran yang ‘pantas’. Nah, ukuran ‘pantas’ ini yang kami tidak tahu pastinya~ Tiba-tiba handphone kami mendapatkan sebuah short message, dari Sheika. Inti isinya, siapa saja yang punya uang pecahan sebesar Rp 20.000,00, diharapkan untuk menyiapkannya dulu, soalnya, dia tidak punya uang pecahan sebesar itu. Merasa uang sebesar itu kurang cukup jika dibandingkan dengan jasa tumpangan baik saat datang maupun saat pulang dari Eco Green Park, kami bermaksud menambahkan lagi menjadi Rp 30.000,00. Uang sudah disiapkan saat kami turun di terminal, lalu diberikan ke Pak Sopir oleh Sheika. Tapi ternyata, uang yang diberikan oleh Sheika cuma Rp 20.000,00, hahaha. Baiklah, semoga Bapaknya menerima dengan ikhlas, dan semua pihak yang membantu kami saat itu mendapatkan bayaran yang setimpal, lebih besar malah kalo bisa... dari Allah SWT~ :’)
Setelah turun dari mobil jasa pengantar pengunjung tersebut, kami berpindah ke angkutan umum berwarna pink, jurusan terminal Landungsari. Eh, tanpa disangka-sangka, saat memasuki lyn tersebut, kami bertemu lagi dengan rombongan dari Surabaya yang kami jumpai saat akan menuju Jatim Park. Ulala... kami langsung terbahak, tidak menyangka, bagaimana bisa dipertemukan dengan orang yang sama dalam se-lyn lagi. Tapi ya begitulah kenyataannya~ :p Di dalam lyn pink itu, sama seperti saat mengendarai lyn ADL menuju Jatim Park, kami meramaikan suasana dengan percakapan-percakapan yang bikin ngakak. Perbincangan yang lagi hot saat itu adalah tentang kelongoran kita menumpang mobil jasa pengantar pengunjung yang seharusnya tidak dipebolehkan bagi pengunjung yang tidak membeli tiket terusan. xp Ketiga anggota rombongan yang satunya berdiam diri, mungkin dalam hatinya merutuki keramaian kami, terlalu berisik~ Apalagi, usut punya usut, ternyata rombongan tersebut berjalan kaki hingga ke terminal untuk bisa menemukan lyn pink itu. Sebenarnya, itu jarak yang lumayan jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki... Nah, sedangkan kita, dengan enaknya menumpang pada mobil yang seharusnya tidak boleh ditumpangi ._. Oh, yasudahlah... beda antara longor dan beruntung mungkin juga tipis kali ya~ hehehe.

Sesampainya di Landungsari, kami oper lyn lagi dan berpisah dengan rombongan yang satunya. Kalau tidak salah, mereka menumpang lyn LDG (Landungsari-Dinoyo-Gadang), sedangkan kita menumpang lyn ADL lagi. Kami hendak mencari lokasi stand Burger Buto di Jalan Sarangan – Malang. Dan setelah bertanya beberapa kali ke sopir angkutan, lyn ADL ini-lah yang kemungkinan bisa mengantarkan kami untuk selangkah lebih dekat dengan Burger Buto. Yasudah, kami mengikuti petunjuk dan menumpang pada lyn ADL. Di dalam lyn, salah satu dari kami berbincang-bincang lagi dengan Pak Sopir, menanyakan tentang apakah beliau tahu dimana lokasi Burger Buto yang terletak di Jalan Sarangan. Sedikit mengajak bercanda sepertinya, Pak sopir itu menunjukkan arah-arahnya, tapi ujung-ujungnya bilang,” Lha... itu jalan Sarangan mbak, nah kalo Burger Buto-nya, saya belum tahu, belum pernah masuk mbak, hahaha”. Tik...tok.. tik tokk... Baiklah pak~
Kami akhirnya hanya mengikuti kemana arah lyn ADL tersebut melaju. Lumayan lama, dan hujan juga masih galau; kadang berhenti, kadang gerimis, kadang turun dengan derasnya. Nah, di tengah jalan, Pak Sopir lyn ADL menawarkan bantuan lagi kepada kami untuk mengantarkan hingga depan Burger Buto. Akhirnya melihat hujan yang cukup deras, kami mengiyakan. Karena jalan Sarangan tidak termasuk dalam rute lyn ADL, maka kami harus menambah ongkosnya menjadi Rp 30.000,00. Yasudah, setimpallah insya’Allah dengan pelayanan yang kami dapat, hehehe. Dan yipppiii, finally kami sampai di Kedai 27, Burger Buto! \^o^/ Kami sampai di Kedai 27 sekitar pada pukul 18.20-an. Eh tapi sayangnya, ternyata beberapa menu Burger Buto yang kami incar sudah sold out. Ah, syedihhh... padahal kedai ini buka pukul 13.00 WIB. Saking larisnya kali ya~
Akhirnya, kami memesan beberapa menu yang saat itu masih ada. Karena kelaparan (lagi), menu nasi bakar menjadi pilihan kami selain burger buto. Empat dari lima orang memilih Nasi bakar dengan lauk ayam resep mertua (kalo tidak salah) sebagai menu pengenyang perut. Dan ah, sedaaap sekali ternyata pemirsa! Makan berlaukkan rasa lapar adalah kunci kenikmatan utama sepertinya :p Setelah menghabiskan menu tersebut, beberapa diantara kami masih kelaparan rupa-rupanya. Mereka hendak memesan menu yang sama lagi. Nah, sayang sekali, ternyata, semua menu nasi, baik nasi putih maupun nasi bakar sudah ludes terjual dan tidak bisa dipesan lagi.. kasihan ya yang perutnya masih lapar... Padahal jeda antara pemesan kami yang pertama tadi belum terlalu lama lho, duh, cepat sekali habisnya~ Yasudah, karena sudah habis, maka pengganjal perut yang selanjutnya adalah Burger Buto. Seperti namanya, Burger ini punya size yang lebih besar dari ukuran burger biasa. Kami memesan Burger Buto dengan lelehan keju. Seporsi harganya kurang lebih Rp 25.000,00 kalau tidak salah. Begini nih penampakan Burger Buto spesial kami :3

Burger besar itu kami potong menjadi lima bagian, dan masing-masing dari kami mendapat bagian sepotong. Hahaha. Setelah selesai makan besar, kami memperbincangkan rencana kami selanjutnya sembari menghitung utang piutang~ Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB pada saat itu. Sudah cukup malam rupa-rupanya. Hasil perbincangannya, seperti rencana semula, Sheika dan Pipin akan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Surabaya dengan menggunakan bus pada malam itu juga. Sedang saya, Bebski dan Emak Nikmah akan menginap semalam di Malang. Menginap? Ulala... nangkring di stand fast food 24 hours tepatnya, KFC. ._. Yak, kami akan mencari KFC terdekat untuk menumpang hingga pagi menjemput.
Setelah keputusan didapat, kami bergegas meninggalkan Kedai 27. Di depan pintu masuk, kami bertemu dengan seorang tukang parkir dan kami bermaksud untuk menanyakan dimana lokasi KFC terdekat. Pertanyaan kami dijawab dengan entengnya oleh tukang parkir tersebut. Katanya begini,” Dekat kok mbak, naik lyn apa saja bisa. Lyn-nya yang searah dengan terminal Arjosari, nanti KFC-nya ada di kanan jalan.”  Runtuh sudah keinginan kami untuk berjalan kaki menuju KFC seiring dengan lahirnya jawaban tersebut. Akhirnya, mengikuti petunjuk dari tukang parkir tadi, kami berjalan menuju jalan besar dan menumpang lyn ADL tujuan Arjosari. Eh, ternyata setelah disusuri, kami tidak menemukan KFC disepanjang perjalanan. Yang kami temui adalah stand fast food lain, Pizza Hut. Duh, pasti mas tukang parkirnya keliru, menyangka Pizza Hut sebagai KFC. -____- Akhirnya, di persimpangan jalan selanjutnya, saya, Bebski dan Emak Nikmah turun dari angkutan, sedangkan Sheika dan Pipin tetap berada di angkutan dan bergerak menuju terminal Arjosari. Kami berpisah di lokasi tersebut setelah berpamitan ria~ Yak, perjalanan Sheika dan Pipin di kota Malang mungkin sudah berakhir pada saat mereka menumpang sebuah bus menuju Surabaya di terminal Arjosari. Sedangkan untuk saya, Bebski dan Emak Nikmah, perjalanan masih belum berakhir pemirsa~ Masih ada semalam lagi~
Setelah turun dari lyn ADL yang menuju terminal Arjosari tersebut, kami memutar haluan. Dengan bertanya kepada beberapa orang, akhirnya kami menumpang lyn AG menuju KFC Sarinah, KFC terdekat yang bisa kami singgahi dari lokasi tersebut. Ya begitulah, di sepanjang hari itu kami percaya saja kepada Bapak sopir angkutan, dan siapa saja yang memberi kami petunjuk arah di mana tempat yang kami tuju berada. Mau salah, mau benar, ya kami ikuti, haha. Kami sama-sama buta arah sih. :p Di dalam lyn itu kami juga ngobrol dengan mbak-mbak, membicarakan seputar lokasi KFC, jam oprasi lyn di pagi hari dan lyn apa yang harus kami tumpangi besok pagi jika ingin menuju terminal Arjosari. Andalan pemirsa, dimanapun kita berada, jika tidak bisa bertanya pada peta, maka masyarakat setempat adalah satu-satunya kunci petunjuk arah yang kita tuju. Banyak-banyak bertanya saja, malu bertanya sesat di jalan lho~ (dalam arti yang sebenarnya :p).
Beberapa menit kemudian, kami sampai di tempat yang kami tuju. Jarum jam menunjukkan pukul 21.10 menit-an lah. Lantas kami langsung mencari tempat kosong di sana. Karena di lantai satu kami tidak menemukan colokan listrik, kami menuju lantai dua untuk bisa mendapatkannya. Eh, ternyata tidak seperti di Surabaya, di sini memang tidak terlalu banyak terdapat colokan listrik. Yang kami temukan saat itu justru bangku sofa panjang yang sedang kosong di teras depan. Kalap ingin menaruh punggung, saya dan Bebski langsung tiduran tanpa memesan menu terlebih dahulu. Bahkan mungkin sudah memejamkan mata beberapa menit, hahaha. Emak Nikmah mengungsi di bagian dalam, memperjuangkan kehidupan handphone-nya yang perlu asupan listrik agar tetap menyala. Barulah beberapa menit kemudian kami memesan ‘sesuatu’.
Merasa sudah cukup kenyang, menu yang langsung saya habiskan adalah hazelnut coffee. Sayanglah kalau gak langsung diminum, keburu dingin dan jadi gak mantap, hehehe. Ini bukan kali pertama kami menghabiskan malam di tempat makan yang sama. Pada tahun 2012, kami sempat melakukan aksi ini, menumpang menunggu pagi. Saat itu kami menghabiskan hari di Malang Tempoe Doloe (MTD) bersama sekitar 30 anak Begajulers, teman kuliah saya. Sepanjang sejarah perjalanan mbolang, kali itu merupakan perjalanan dengan pasukan terbanyak menggunakan transportasi umum, kereta api Penataran Dhoho. Huwooo, seru lah pokoknya. Tapi sayangnya kami tidak mendapat tiket kereta untuk pulang ke Surabaya pada sore harinya. Akhirnya, beberapa dari kami (kalau tidak salah 13 anak) memutuskan untuk nggelandang di Malang hingga pagi tiba, agar kami bisa pulang dengan kereta. Sedangkan anak-anak yang lainnya pulang lebih dahulu menggunakan bus pada hari itu juga. Ya begitulah, 13 anak yang tersisa menghabiskan malam hingga MTD bubar, benar-benar bubar. Setelah itu, kami melanjutkan untuk menunggu di KFC hingga pagi. Menyedihkan? Tidak! Justru pengalaman yang seperti inilah yang nagih, dan pastilah akan dikenang. J Benerankan, saking nagihnya, aksi ini kami ulang di Penghujung Januari 2014 di kota yang sama, meski lokasi berbeda. Bedanya, kali ini kami cuma bertiga dan tanpa cowok yang bisa jadi bodyguard, hahaha. Untungnya, hawa di malam yang ini tidak sedingin pada malam sehabis MTD-an dulu.
Kegiatan kami pada waktu itu hanya chit chat sekenanya, termasuk mengomentari pengunjung lain yang ada di sekitar kami juga, hahaha. Menarik perhatian sih, cewek-cewek cantik banyak banget, sayangnya... ngerokok. ._. Ah, boleh dong itu dituker wajahnya sama kita :3 hahaha. Nah, sayangnya, sekitar pukul 22.10-an, ada kabar nggak enak yang kita dapet dari TL twitter. Ternyata, pada sore itu, jalur Malang-Kediri terputus oleh longsor pada sembilan titik di daerah Pujon dan juga terdapat banjir bandang di daerah Ngantang di karenakan hujan deras yang mengguyur pada sore tadi. Innalillahi... Alhamdulillah-nya, kita tidak jadi pulang pada sore itu ._. Agak sedikit cemas juga sih, kami mengkhawatirkan tidak bisa pulang lewat jalan normal Malang-Kediri, dan malas memang jika harus memutar lewat jalur Blitar, sebagai jalur lain menuju Kediri. Lebih malas lagi kalau harus pulang lewat Surabaya -,- Kalau harus lewat Surabaya lagi, kan mending ikutan pulang barens Sheika sama Pipin, hahaha. Maka, satu-satunya pilihan, kami memutuskan untuk mencoba memburu tiket kereta api pada besok shubuh. Kereta, satu-satunya transportasi ternyaman untuk kita manfaatkan jika memang harus menempuh jalur Malang-Kediri via Blitar. Tapi itu hal yang mustahil sepertinya, mengingat besok adalah hari H pemberangkatan kereta, sedangkan tiket sudah bisa didapat sejak H-7. Alternatif lain, berdasarkan informasi dari seorang teman, besok kami harus mencoba mencari bus Puspa Indah di terminal Landungsari untuk memastikan apakah bus ini beroperasi atau tidak. Biasanya, ketika ada jalur yang tidak bisa dilewati, bus ini punya jalan alternatif sendiri untuk menuju Kediri. Dan berdasarkan informasi tersebut, saya baru tahu, bahwa jika ingin menuju Kediri, terminal yang harus kami tuju bukanlah terminal Arjosari, melainkan terminal Landungsari. Pantaslah kalau saat tiba di terminal Arjosari pada pagi itu kami tidak melihat satupun bus jurusan Kediri berkeliaran atau mencari penumpang. -__- Yayaya, benar-benar buta arah kan~
Sekitar pukul 23.00 lebih, saya dan Bebski memejamkan mata kembali. Kalau nggak tidur, nanti bisa-bisa keburu diusir dari sofa nyaman itu, soalnya jam satu lantai atas memang ditutup, hahaha. Lumayanlah tidur sejam dua jam~ Beneran, sekitar jam 1 ada karyawan yang datang ke atas dan memberi tahukan bahwa lantai atas akan ditutup. Mendengar suara mas-nya, tanpa diaba-aba saya langsung bangun dari tidur, terduduk, dan bersiap-siap, hahaha. Sedangkan Bebski memang sudah bangun lebih dahulu. Ya begitulah, akhirnya kami pindah ke lantai bawah. Sayangnya, di lantai bawah tidak ada sofa yang nyaman untuk tidur lagi~ Tapi Bebski menemukan colokan listrik untuk menghidupkan laptop-nya, dan yasudah, mengutak-atik laptop menjadi kesibukan Bebski selanjutnya, sambil kami asyik chit-chat dari A sampai Z lagi. Bahkan, ada karyawan yang juga ikut chit chat dengan kami. Dikiranya kami anak kost yang kost-nya sudah terkunci, jadinya nginep di sana, hahaha.
Emak Nikmah kemudian jatuh tertidur terlebih dahulu, soalnya sedari tadi memang belum tidur katanya, hahaha. Sedangkan saya, karena tidak ada kesibukan, memaksakan diri untuk tidur di bangku dengan posisi kepala tertelungkup di meja pada pukul 03.20 WIB. Kalau Bebski, dia masih bertahan untuk mengutak atik laptop hingga kami terbangun lagi pada pukul 04.20 WIB. Setelah terbangun, kami segera berkemas dan berpamitan sekaligus mengucapkan terimakasih kepada karyawan yang tadi ngajak kami ngobrol. Tujuan kami yang selanjutnya adalah stasiun Kota Malang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari KFC. Dan kami sudah sedikit tahu arah jalan ke sana, soalnya, lokasi KFC tersebut tidak begitu jauh dari lokasi KFC tempat kami menginap pada jaman MTD dulu. Nah, tapi karena sedikit lupa juga, jadi kami selingi dengan bertanya kepada siapa saja yang bisa kami jumpai agar tidak sesat di jalan, hahaha. Malang di kala malam sedikit mencekam rasa-rasanya~ Hal itu kami rasakan saat berjalan di shubuh hari pada jaman MTD 2 tahun yang lalu dengan bersama 13 orang anak. Nah ini, kami justru hanya bertiga. Tapi yaudahlah yaa~ kalau kita nggak ada niatan ngeganggu ‘sesuatu’, bismillah nggak ada apa-apa kok~ hehe. Ya gitudeh, nggak tahu kenapa malah perjalanan dengan Bebski dan Emak Nikmah di malam itu justru lebih tidak mencekam dibandingkan pengalaman 2 tahun yang lalu. Ya mungkin, karena ini bukan pengalaman pertama, hehehe.
Dua puluh menit kemudian, kami sampai di lokasi. Segera saja kami menuju loket penjualan tiket untuk memastikan mengenai apakah masih ada tiket yang tersisa. Sayang sekali, seperti dugaan kami, tiketnya sudah ludes~ Baiklah, tidak boleh berputus asa~ Selanjutnya yang kami tuju adalah tempat ibadah, hendak menunaikan shalat shubuh. Setelah bertanya-tanya, kami memutar lagi arah jalan kami menuju daerah dekat SMA N 1 Malang untuk bisa mendapatkan masjid. Alhamdulillah, dapat~ Kira-kira sekitar pukul 5, kami baru mencari lyn ADL, menuju terminal Landungsari untuk mencari bus menuju Kediri. Dan sekali lagi, sayang sekali, setelah sampai di terminal Landungsari kami memang menemukan banyak bus Puspa Indah, tapi Bus Puspa Indah yang tidak beroperasi...-.-‘’ Sepertinya jalur terdekat Malang-Kediri memang putus total, jadinya bus-bus itu tidak bisa beroperasi. Menuruti saran dari Bapak-bapak sopir bus, kami akhirnya menuju terminal Gadang dengan menggunakan lyn LDG (Landungsari-Dinoyo-Gadang). Menurut keterangan bapak sopir, dari terminal ini, kami harus menumpang bus jurusan Blitar, lalu oper bus Kawan Kita di terminal Blitar. Ah, ini berarti, jalur yang akan kami tempuh akan 2 kali lebih panjang daripada perjalanan yang seharusnya~
Setelah mendapat lyn LDG, kami mengikuti kemana pak sopir membawa kami. Cukup lama, karena harus memutar arah ke arah awal yang sudah kami lewati pada saat berangkat, jadinya saya sempat tertidur juga di jalan, hahaha. Barulah pukul 06.19 WIB kami mendapatkan bus jurusan Blitar di daerah Gadang, yang entahlah, ternyata kami tidak diturunkan di terminal~ ._. Selanjutnya, kami hanya perlu mengikuti ke mana saja arah bus ini melaju. Sudahlah, semenjak menginjakkan kaki ke dalam bus, semua kami percayakan pada pak sopir yang sedang mengendara bus supaya baik jalannya~ #halah :p Alhamdulillah, bus ini bus AC tarip biasa, jadi lumayan menghemat kantong sekaligus nyaman buat tidur, hahaha. Ya begitulah, di sepanjang perjalanan, kami memilih untuk tidur. Selain karena ngantuk kurang tidur, ya lebih baiklah daripada harus melihat jalur berkelok-kelok ala pegunungan, gak tega ah~ Emang nggak se-ngeri jalur Pujon sih, tapi ya sama aja, sama-sama naik bus-nya. Naik kendaraan ‘gede’ dijalan sempit berkelok-kelok emang aseli lebih ngeri daripada sekedar naik mobil, apalagi sepeda motor kok ya~
Selanjutnya, agak lupa sih, mungkin sekitar pukul setengah sepuluh kami sampai di terminal Patria, kota Blitar. Selanjutnya, harus oper bus lagi di sini, bus Kawan Kita, bus andalan yang beroperasi di sekitar kota Kediri-Blitar-Nganjuk, hahaha. Nah, di sini, bener-bener udah habis deh ya uang di dompet kecuali beberapa ribu doang, akhirnya saya terpaksa meminjam uang ke emak Nikmah untuk bayar tiket bus, hahaha. Soalnya di sepanjang perjalanan saya tidak menemukan dan tidak memungkinkan ke ATM sih~ :p Sejak berpindah ke bus ini, mata sudah melek yang bener-bener melek. Kami tinggal menunggu untuk diturunkan di tempat yang dekat dengan rumah setelah sampai di Kediri. Setelah itu, kami berpisah di jalan~ Dan akhirnya, sekitar pukul 11.05 WIB saya sampai di rumah saya tercinta. Aaaarrggghhh, dengan sampainya saya di rumah, berarti ini sekaligus mengakhiri perjalanan dan pengalaman menyenangkan di penghujung bulan Januari 2014, sekaligus engh.... unidentified, campur-campur deh rasanya >,< Alhamdulillah, tambah satu lagi deh ya perjalanan dan pengalaman yang bakal terkenang, perjalanan dan pengalaman nggelandang satu malam di kota orang, kota Malang. Huwooooo, 1 day trip Longor bersama sista-sita kece! Big thanks dan salam peluk cium buat kalian yeee :**** Kasih salam yuuk, welcome bulan kasih sayang, Februari! :D

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar